Nature has placed mankind under the governance of two sovereign masters, pain and pleasure. It is for them alone to point out what we ought to do, as well as to determine what we shall do.–Bentham

Makan Enak tapi Tetap Sehat, Emang Bisa?

Makan Prasmanan selalu menggoda “iman”! (sumber: health.detik.com)

Suatu hari di sebuah kondangan pernikahan, seorang temen tanya, “Sa, gue seneng makan banyak tapi gue pengen tetep sehat gimana ya caranya?” Sejenak gue berpikir sambil ngunyah es buah berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Gue kemudian teringat sebuah sharing di @AkberDepok tentang “Menikmati Makanan, Stop Sebelum Kenyang & Tetap Lansing”. Kelas yang dibawakan oleh Mbak Nunny Hersiana ini mengulas tiga hal utama terkait how we eat “happily” and stay healthy. Mbak Nunny menyebutnya sebagai GoLangsing #numpangpromosi

Poin pertama yang dibahas adalah mengapa berat badan bertambah? Gue sendiri termasuk orang yang gampang makan segala macam makanan. Semakin bertambah umur, gue sadar kalau pola makan dan apa yang gue makan perlu diperhatikan. Buat gue nggak masalah sedikit kelebihan berat badan asalkan badan gue tetap bugar dan sehat. Sebagai anak kos, makanan yang gue makan banyak mengandung minyak. Jelas gak sehat dong yaa. Ada satu “lingkaran setan” yang membuat berat badan seseorang naik terus kayak harga sembako (oke, abaikan ini). Cycle itu dimulai dari makan–> jadi gemuk –> stress karena kegemukan–> diet supaya ga gemuk lagi–> bosen dan menyerah karena gagal diet–> makan. Banyak sekali diantara kita yang memutuskan untuk makan bukan karena butuh namun karena dilanda kebosanan. Kadang ada lho orang yang makannya dikit tapi dia tetep gendut, selidik punya selidik ternyata dia suka ngemil makanan kecil pas dia lagi idle. Nah, itu yang biasanya membawa kita terpikir buat diet.

Eh tapi tunggu dulu, sebelum diet, kita jawab pertanyaan mengapa ingin melangsing? Kata Mbak Nunny, ternyata Diet(s) don’t work! Semakin kita menghindari makanan, semakin kita terobsesi dengan makanan tersebut. Selain itu, kebanyakan diet juga dilakukan dengan cara terpaksa dan tersiksa.

Mbak Nunny in action!

Menahan lapar memang membuat berat badan gue turun beberapa kilo sewaktu kuliah dulu. Gue baru sadar kalau menahan lapar itu bukan jurus yang jitu buat diet. Ternyata ketika kita menahan lapar maka metabolisme tubuh akan menurun. Kalau udah metabolisme menurun, kita akan ngerasa nggak bugar dan cepat capek. Cara diet yang salah itu termasuk salah satu hambatan buat yang ingin langsing dengan cara yang baik dan benar.

Terus gimana caranya buat tetep langsing dan sehat? Pertama, to be happy! Coping with the stress can be strong weapon keeping our body fit and slim. Siapa sih yang gak seneng makan (apalagi kalau dibayarin haha). Weits, bukan itu poinnya. Sebisa mungkin hindari hal-hal yang bisa membuat pikiran kita stress. Ketika makan, tanyakan pada diri kita lewat kata hati (ceilah), mengapa kita makan? Apa alasan kita makan?

Kedua, kita harus mampu membaca suasana tubuh kita. We have to eat when biologically hungry, not emotionally hungry. Hal lain yang sering tidak kita perhatikan adalah asupan gizi yang terkandung dalam makanan, terutama tingkat kalorinya. Idealnya, kalori yang terkandung dalam makanan kita paling tidak sama dengan kalori yang tubuh kita butuhkan. Orang dewasa membutuhkan rata-rata 2000-2200 kalori per hari (sumber disini). Angka tersebut tentu berbeda untuk pria dan wanita dewasa (bisa dihitung disini). Kalau mau ngitung lebih detail (dan niat), boleh dicoba pakai calorie calculator disini. Cara kita makan juga berpengaruh lho. Kita perlu merasakan makanan kita ketika mulai memasuki mulut, turun ke rongga tenggorokan, sampai ke lambung. Kalau kita makan dengan terburu-buru atau terlalu cepat mengunyah, maka biasanya kita akan cepat kenyang dan cenderung kepengen nambah, kan? Nah, cara eat less ini akan lebih ampuh kalau kita berhenti makan sebelum kita kenyang (jadi inget ajaran Nabi Muhammad nih :D)

Ayo ngaku siapa dulu waktu kecil sering dibilangin kayak gambar di atas? (gue: ngacung! haha) Sekarang sih masih sering kalau pas makan walaupun masih kenyang masih aja gue makan sampai nasinya habis. Padahal itu salah lho kata teori GoLangsing ini. Lebih baik makanan yang kebanyakan jangan dimakan daripada menjadi “sampah” di tubuh kita. Kalau bisa bilang lebih dulu sewaktu mesen makanan, misalkan sebesar apa porsi makanannya, kalau porsi nasi satu terlalu banyak buat kita, bisa dikurangin jadi setengahnya, lumayan ngurangin lemak di tubuh dan lebih hemat juga hehe..

Last but not the least, we’ve just to move more! Lebih banyak bergerak memungkinkan metabolisme tubuh kita semakin baik dan membuat tubuh kita semakin bugar. Dulu waktu kuliah gue sering jalan dari kosan ke kampus dan pas pindah kelas antarmatakuliah. Kemewahan itu yang sulit didapatkan sewaktu gue udah kerja dimana gue hampir 10 jam duduk di depan laptop. Pola makan gue nggak beda jauh jika dibandingkan sewaktu kuliah, tapi dengan intensitas gerak tubuh yang kurang akibatnya lemak jadi menumpuk. Nah, hal ini gue akalin dengan berjalan kaki sehabis pulang kerja dari kantor ke stasiun KRL terdekat yang berjarak “cukuplah-buat-nyari-keringet”. Gue mengkompensasi keterbatasan gerak dengan hampir tiap hari jalan kaki selama 20 menit. Temen sekantor bahkan ada yang tiap pulang kantor nge-gym. Gue sih gak segaul itu, cukup seminggu sekali bermain futsal dan sesekali jogging di akhir pekan keliling kampus :))

Sekian sharing dari kami, Akademi Berbagi Depok Special Ramadhan. Bagi yang berminat mengunduh bahan presentasi bisa klik link ini. Yuk Berbagi, Berbagi Bikin Happy! 🙂

Foto bersama sehabis Kelas #AkberDepokSpecialRamadhan (5 Juli 2014)

Trip Report – Backpacking to Hong Kong – Part 1

Gue akan posting pengalaman terseru sepanjang hidup gue. Yak, gue akhirnya backpackingan! Gak tanggung-tanggung, Hong Kong jadi kota pertama buat newbie semacam gue buat destinasi backpackingnya. Awalnya bermula dari Enggar, temen seperjuangan di kampus, ngasih tau kalau ada promo tiket Tiger Air Mandala Denpasar-Hong Kong-Surabaya cuma Rp210.000. Ga butuh waktu lama, tawarannya akhirnya gue iyain. Kapan lagi coba ada promo semurah itu 😀

Akhirnya setelah dapet izin dari ortu, gue dan kawan-kawan lain (ada Mega,  Fachry, Suko, Efan, dan masnya Mega) langsung nyiapin logistik dan alat-alat keperluan yang dibutuhkan disana. Tas gunung isi 60 L gue isi sampe ga terasa beratnya 10 kg. Ini mau perang atau mau backpacking, Sa -.-

Mau perang

Setelah persiapan selesai, pagi tanggal 18 Desember gue langsung cabut ke Denpasar via Bandung naik travel. Kenapa via Bandung? Soalnya tiket BDO-DPS lebih murah dibanding tiket CGK-DPS di hari keberangkatan yang sama hehe.. Itu udah dihitung sama biaya ojek dan travel lho ya. Sebelum pesawat  take-off sekitar jam tiga sore, gue agak kaget karena di airport Bandung banyak orang Malaysia yang mau balik ke KL. Sesampainya di Bali, gue bareng Agus langsung ke penginapan low-cost di sekitar ring-roang bandara. Abis istirahat semalem, paginya kami melipir ke Tanah Lot tapi cuma sampai parkiran aja soalnya harga tiketnya diluar perkiraan kami haha..

Tanah Lot, Bali

Sekitar jam enam, kami langsung menuju meeting point di Terminal Keberangkatan Internasional Bandara Ngurah Rai. Satu kata buat menggambarkan terminal ini: BAGUS! Gue selama setahun kemarin udah empat kali ke Bali dan cuma berangkat dari terminal keberangkatan domestik kali ini cukup kagum sama interior terminal internasionalnya. Sebelum boarding, kami sempetin makan malem dulu a la backpacker. Gue namain cara makan ini dengan sebutan dinner ngemper at airport haha..

dinner ngemper

Gue lagi-lagi kaget pas nemu pesawat kargo Rusia lagi parking di bandara ini. Seumur-umur baru liat pesawat kargo buatan Rusia sebesar itu! *brb masukin ke CV* *lebay*. Sayang gue gak sempet fotoin pesawatnya hiks.

Then, after five-hours flight, Hong Kong, it’s us!

..kata keluar dari mulut setelah sampe HK; GILA DINGIN BANGET CUY!

Kami sampe jam satu dini hari. Sambil nunggu loket imigrasi dibuka sekitar jam enam, kami tidur-tiduran di kursi disitu, yang lain ada yang nge-charge hape dan tabletnya. Gue inget kalo gue belum sholat Maghrib-Isya kemudian gue inisiatif buat nyari praying room di bandara. Ternyata, praying room di bandara cuma satu dan itu adanya setelah kita lewat pemeriksaan imigrasi. Pelajaran pertama (dan mungkin paling berharga selama perjalanan): jadi minoritas itu harus tabah dan kuat! Alhasil, gue wudhu di toilet kering sama botol minum yang gue isi air kran (gratis). Abis ngecek arah kiblat pake GPS di HP, gue gelar sajadah di deket situ dan langsung men-jama’ sholat. Sempet diliatin sama visitor yang nunggu tapi  gue cuek aja hahaha..

Sampai disini, total budget yang gue keluarin Rp672.000. Rincian: Ojek Depok-Lenteng Agung: Rp20.000, Travel: Rp50.000, Ojek Dago-Airport BDO: Rp20.000, Tiket Pesawat BDO-DPS: Rp314.000, Hotel low-cost di Bali: Rp20.000, makan pagi: Rp10.000, makan malam: Rp13.000, airport tax: RP150.000